Sunday 8 July 2012

Baju Baru

Minggu, 19 Februari 2012


Klakson Dan Kita


Mungkin banyak di antara kita yang pernah berkendara di belakang truk yang melaju pelan. Kita terburu-buru namun harus rela menunggu. Bagi yang terburu-buru, pasti mencari celah untuk melewati truk yang seolah terseok-seok kelebihan muatan. Meski tombol klakson kita tekan berkali-kali, si sopir truk tetap bergeming. Laju truk tetap merayap, tak peduli.
Kita makin dongkol sembari harus rela menarik bibir ke samping, tersenyum kecut, manakala di bak belakang truk tertulis kalimat:Ra sabar mabura (kalau tidak sabar terbanglah-red). Jadi meski klakson kita pencet keras-keras dan berlama-lama, hasilnya sama saja. Kita pun tidak berubah bisa terbang. Jadi, klakson tidak menyelesaikan masalah.
Klakson juga kita pencet dengan gembira saat berpapasan dengan kawan atau sahabat di jalan. Kalau perlu tangan kita ikut melambai. Artinya, itu klakson sapaan. Kalau tidak membunyikan klakson, mungkin kita akan dituduh sombong. Ada pula kawan yang punya kebiasaan aneh, suka memencet klakson tiga kali setiap melewati tempat tertentu yang dianggapnya keramat, atau ketika melintasi daerah permakaman.
”Ini uluk salam,” katanya.
”Kepada siapa?” tanya saya.
”Pokoknya begitu,” ujarnya.
Baiklah, itu namanya klakson mitos. Jadi, dimitoskan oleh orang-orang kurang kerjaan yang percaya takhayul bahwa memencet klakson diperlukan saat kita melintasi wilayah tertentu.
Baca selengkapnya »